Minggu, 08 Januari 2012

Diskusi Terbatas: DIALOG JAKARTA-PAPUA


DIALOG JAKARTA-PAPUA BUKAN TUJUAN AKHIR TETAPI SUATU JALAN KELUAR

Dr. Neles Tebay
Dr. Neles Tebay saat berdiskusi dengan Masyarakat
Sebenarnya yang menggerahkan hati saya untuk kita ketemu berdialok/berdiskusi adalah bahwa kalau banyak kali kita-tuntut-tuntut tetapi kalau orang tanya sama kitorang bahwa kamu mengerti apa tentang dialog?, dialog Nasional/Internasional : dialok Nasional itu yang bagaimana dan dialog Internasional itu yang bagaimana, akhirnya setiap orang mempunyai pendapat yang lain-lain. Jadi diantara kita harus mempuyai pemahaman yang sama tentang Dialog, orang tanya tapi dialok macam apa yang kamu mau, ini kita tidak mempunyai pemahaman yang sama tentang Dialok, ini sama saja dengan pemerintah pusat  tanya dorang juga sama dorang juga tidak punya konsep sampai detik ini.
Terlanjur buku ini diluncurkan di Jakarta dorang terlanjur menganggap ini sebagai pandangan Papua, saya bilang tidak ini adalah pandangan seorang Neles Tebay tidal mewakili siapa-siapa, tetapi karena buku ini yang hadir lebih dulu dan dorang disana tidak punya sudah dianggap begitu.
Tetapi terlepas dari itu, buku ini di tulis untuk membantu proses diskusi macam sekarang ini, jadi ada sesuatu kalau kita mau diskusi suda ada sesuatu yang tertulis untuk kita mulai diskusi tentang dialok sehingga saya harapkan ketika kita pulang itu “kita mempunyai pemahaman yang sama terhadap sejumlah hal, sejumlah aspek dari dialok” jadi itu sebenarnya tujuan.
Muda-mudahan ketika diskusi ini kita mempunyai pemahaman yang sama tentang pokok ini kita semua setuju, pokok itu kita tidak setuju, aspek ini kita setuju/aspek ini kalau berbeda ya sudah kita bilang kita belum bersatu, lepas dari itu kita maju ke pokok berikut sehingga pulang itu kita kita bias ceritra kepada siapa saja kepada masyarakat bahwa untuk dialok papua ini kami sepakati begini. Sehingga tidak bicara lain karena kalau tidak nanti ada yang bilang lain isi dialok minta pemekaranla? Macam-macam. Jadi banyak hal mestinya yang kita mempunyai pemahaman yang sama.
Kemarin Pemerintah Thailand dan Masyarakat Thailand selatan ada bertemu persoalannya sama seperti kita punya, Thailand selatan itu masyarakat melayu beragama Islam dorang juga merasa lain dari masyarakat Thailand yang lain dari bangsa lain dan agama lain jadi dorang juga ada berusaha dorang bilan mereka mau merdeka, tapi dorang bakalai terus jadi ada yang sedang memfasilitasi dialog antara dorang. Tetapi yang saya mau katakana bahwa  di masyarakat selatan ini mereka punya kelompok-kelompok banyak tetapi mereka sempat sepakat di sejumlah aspek sehingga dorang bias maju bersama, inilah yang mungkin kita bias belajar dari mereka untuk mencari pemahaman yang sama dari sejumlah aspek dari dialog ini.
Kata dialok menurut banyak orang tentang masalah Papua orang Jakarta tidak mau dengar (dengar saja suda tidakbisa apalagi buat)mereka tidak mau dengar padahal kita sudah dorong itu dari dulu sampai sekarang belum ada tanda-tanda (sampai Beny Giay bilan tuntut dialok dengan jakarta itu sama saja dengan rebus batu, jadi mau rebus sampai tahun berapa juga batu masih ada) tetapi kita tetap dorong saja macam tulis buku peluncuran sini-sana itu semua upaya untuk itu, sampai sekarang ini saya punya kesan bahwa sudah semakin banyak orang di Jakarta yang juga setuju dan sedang mendorong proses ini, kalau pada suatu saat Presiden SBY bilang ya saya mau dialog terus kita disini bagai mana, kita baru mulai kumpul ka? apakah kita sudah siap ka?, lebih baik entah Presiden bilan Ya atau tidak  kita bicara dulu, sehingga kalau dia bilang dialok itu kita sudah siap, tidak cepat-cepat (orang bilang cepat-cepat karena lapar bakar ubi ko makan juga tida kenyang) artinya kita siap sebelum Jakarta bilang ya dan kita harus bersatu sebelum presiden bilang Dialog.  diskusi kita seperti itu. Sebenarnya diskusi kita untuk mencapai pemahaman yang sama dari sejumlah aspek dari dialog, lalu kita saya akan jelaskan dialog seperti apa:
Dalam ringkasan buku kecil yang saya buat itu ada konflik papua antara pemerintah Indonesia dengan orang Papua, konflik ini belum selesai/belum dituntaskan. Tanda-tanda bahwa konflik ini belum selesai itu adalah adanya rancangan penembakan di akhir-akhir ini di Papua, ini menunjukan bahwa masalah belum selesai, konflik belum selesai ada penembakan di Serui Timika Nabir dan dimana-mana, ada tuduhan dialamatkan ke TPN/OPM itu konflik belum selesai Karena kalau konflik selesai TPN’OPM sudah tidak ada tetapi itu masih di akui/dituduh berarti konflik belum selesai (konflik papua) jadi siapa bilang konflik Papua sudah selesai kenapa ada tuduh TPN OPM ada penyisirandan pengejaranlah macam-macam, ada pengibaran bintang kejora sekalipun motifasinya macam-macam. Jadi itu tanda bahwa konflik Papua belum selesai, tuntutan Referendum juga menunjukan bahwa suatu tanda konflik Papua belum selesai, adanya stikma separatis juga menunjukan bahwa konflik belum selesai, kalau itu sudah tidak ada berarti masalah Papua sudah selesai.
Contohnya Aceh : dulu ada kekacauan sedikit itu bilan Gam, tetapi sekarang sesudah dialog ketika kesepakatan halsinky tidak ada Gam, tidak ada stikma separatis disana, tidak ada tuduhan Gam itu artinya masalah selesai, kalau disini itu masih ada yang artinya masalah belum selesai.
Kepada pemerintah pusat kami katakana kepada orang-orang yang kami ketemu, kita tidak bias menyangkal bahwa untuk Papua masalah sudah buktinya ini indikatornya (selagi kamu masi pake ini kamu telah mengatakan kepada orang bahwa konflik Papua belum selesai). Ini adalah sejumlah tanda- tanda.
Alasan mengapa konflik papua itu mendesak? Jalan kekerasan tidak pernah selesaikan masalah Operasi Militer sekalipun, Inplementasi OTSUS sampai sekarang belum mensejahterakan masyarakat dan juga Komitmen pemerintah pusat tidak punya komitmen untuk melaksanakan UU OTSUS karena setelah otsus di keluarkan UU, ada Kebijakan presiden setelah itu Peraturan Pemerintah jadi dorang tidak punya komitmen.
Menurut Muridan itu bahwa OTSUS itu bukan hasil dari kesepakatan. Kalau OTSUS yang UUAceh punya itu OTSUS tapi adalah kesepakatan jadi kesepakatan halsinky itulah yang dimasukan kedalam UU OTSUS Aceh. Jdai keduanya ini di ikat oleh kesepakatan ini. OTSUS Papua tidak tau siapa yang lawatkan jadi begini orang Papua dan Pemerintah Indonesia tidak di ikat jadi siapa yang tidak laksanakan yam au tuntut apa lagi tidak ada yang mengikat kedua bela pihak. Karena itu saya sendiri percaya bahwa Pemerintah Indonesia melaksanakan OTSUS.
Terus Papua menjadi sorotan Internasional, kami bilang kepada pemerintah Indonesia bahwa mengapa dulu Timor-Timor Minta Merdeka karena kamu tidak dialog dengan orang Timo-timor sehingga mereka merdeka, kenapa Aceh tetap dengan NKRI karena kamu dialog dengan orang Aceh, jadi dengan Papua ini kamu pilih sudah, kalau tidak dialog mungkin seperti Timor-timor, kalau dialog mungkin seperti Aceh (jadi terserah saja). Jadi Dialog ini kalau memang dorang mempertahankan NKRI dialog ini sebenarnya jalan sekalipun kitorang tulis begini mereka bilang separatis tapi tidakpapa, tetapi ini kita harus bilang untuk dorang di Jakarta bahwa dialog itu baik untuk Pemerintah Indonesia, dulu kamu tidak dialog dengan Timor-timor Timor-timor merdeka, kamu dialog dengan Gam Aceh ada dalam NKRI baru Papua?.. Dunia ada lihat papua dorang buat apa untuk Papua jadi ada salah sedikit maka ada sorotan internasional.
Kalau dialog kita bilang bahwa Pemerintah punya kemauan untuk Dialog dan Orang Papua punya kemauan untuk berdialog jadi kita sama-sama punya kemauan untuk berdialog. Sampai sekarang itu kalau dua-dua mau dialog itu kenapa sampai sekarang itu tidak dialog, Papua tuntut dialog Pemerintah Indonesia bilang kami akan berdialog dengan Papua tetapi sampai sekarang tidak jadi-jadi, ini kenapa. Menurut saya ada beberapa alasan :
  1. Belum ada konsep dialog yang mau di terima oleh Papua Jakarta(hanya pernyataan-pernyataan saja tidak ada konsep bahwa kami mau dialok itu nanti begini-begitu baik Pemerintah Indonesia maupun Papua) kalau konsep tidak ada sampai dunia keamatpun tidak jadi.
  2. Pemerintah Pusat Takut dan curiga terhadap dialog ini (dorang pikir kalau dorang kasi kesempatan dialog orang Papua membahas kemerdekaan dalam dialog jadi lebih baik tidak usah) karena tidak usa maka orang yang bicara soal dialog itu separatis, macam saya ini orang bilang nanti kasi tau pater itu separatis (saya bilang trapapa jangan bilan separatis duaparatis juga trapapa supaya dua separatis) tetapi karena mereka tidak mau dialok ”TAKUT” dan curiga nanti orang Papua manfaatkan dialog untuk MERDEKA sekalipun dalam buku ini saya tulis tidak membahas merdeka dalam dialog tapi tetap masih di curigai
  3. kita orang papua betul-betul mau percaya bahwa Pemerintah Indonesia mau Dialog dengan kita (karena masyarakat tau bahwa pemerintah itu hanya tau buat janji-janji dan tidak perna mau laksanakan) jadi pemerintah mau dialog nanti masyarakat bilang ini hanya janji saja tidak ada orang Papua yang mau percaya bahwa Pemerintah Indonesia mau Dialog dengan kita.Jadi kalau yang satu takut dan curiga terhadap Papua dan yang satu tidak percaya kepada Pemerintah Indonesia maka Dialog ini tidak akan jadi
  4. Posisi yang beda antara Indonesia dengan Papua. (Indonesia bilang “NKRI harga mati” jadi dialok ini harus ada hasilnya NKRI harga mati itu baru mungkin Pemerintah Indonesia buka diri untuk dialog. Tetapi dari Papua juga bila “MERDEKA itu harga mati” jadi dialok ini harus ada hasilnya Papua Merdeka) kalau dua-dua mempertahankan juga sampai keamat pun tidak ada dialog
Menurut saya dari beberapa alas an ini lah yang membuat dialog tidak jadi-jadi karena alasan ini. Jadi dialog mau dilakukan berarti “mesti ada kesepakatan-kesepakatan” menghancurkan yang tadi-tadi itu dengan sejumlah kesepakatan, itu berarti perlu ada pertemuan-pertemuan sampai mendapatkan kesepakatan-kesepakatan ini. Kesepakatan itu yang saya bilang dalam buku ini perlu ada kerangka acuan, kerangka acuan yang mengikat kedua belah pihak baik Pemerintah Indonesia maupun orang asli Papua, bahwa kerangka acuan ini memang harus disetujui oleh kedua bela pihak tidak bias satu paksakan dia punya mau. Dalam kerangka acuan ini apa yang perlu ada, itu yang saya  sebutkan dalam buku kecil itu semacam prinsip dasar bahwa kedua bela pihak mestinya sepakat bahwa bersepakat untuk menyelesaikan konflik Papua secara damai tanpa kekerasan. Setuju ka/tidak?.. kalau orang Papua setuju, Pemerintah Indonesia setuju maka ok bagin ini kamu dua sepakat artinya bahwa kalau ada yang keluar ambil kekerasan berarti keluar dari kesepakatan dan kalau suda sepakat pasti ada konsekwensinya/ tuntutannya. Hal seperti inilah yang mestinya ada dalam kerangka acuan ini, karena kita mau selesaikan konflik Papua secara menyeluruh bukan setenga-setenga.
Konflik diselesaikan secara bermartabat, jadi tidak boleh ada pihak yang merasa kehilangan muka, misalnya : saya punya ayam betina di curi oleh markus, saya mau ayam betina ini kembali, ketika saya bilang hei… ko pencuri to? Karena Buktinya, ya buktinya ko pencuri saya punya ayam betina markus bilang ayam betina ini saya beli di pasar padahal saya tau bahwa itu saya punya ayam betina. Tujuan saya ini supaya saya punya ayam betina ini kembali secara utuh hidup-hidup, karena bisa saja bilang encuri-pencuri dan dia mo kembalikan itu dia pata leher ayam baru dia bilang iyo ko bawa ko punya ayam sudah saya dapat ayam tapi dia suda mati, saya mau itu yang dapat hidup-hidup. Jadi bagaimana caranya saya dapat ayam tapi dia juga tidak rasa malu, inilah yang saya maksudkan bahwa masalah diselesaikan dengan pihak yang tidak merasa di permalukan. Tetapi saya selalu berteriak ko pencuri-pencuri ko punya ayam tidak akan kembali dan masalah tidak selesai-selesai, saya angkat parang dia juga angkat parang padahal orang tau bahwa dia pencuri tetapi ya begitu. Jadi penyelesaian Papua harus bermartabat itu berarti konsekwensinya ke meja perundingan.
Langka berikut adalah Tindak lanjut setelah mencapai kesepakatan, kalau wakil dari Papua dan wakil dari Pemerintah indonesia bertemu sepakat mesti ada tindak lanjut dari kesepakatan ini jangan sepakat terus titik, itu tidak, tetapi sepakat terus bagaimana melaksanakan kesepakatan itu, bahwa kita melaksanakan kesepakatan itu sesudah perundingan nanti sepakat sejak awal, karena kalau kesepakatan ko ambil juga nanti tidak ada lanjutan supaya dua-dua di ikat oleh kesepakatan. itu prinsip-prinsip dasar yang kita akan diskusikan.
Lalu Tujuan Dialog.
Kalau Indonesia tujuan dialog adalah mempertahankan NKRI harga mati dan Orang Papua tujuan dialog itu adalah Merdeka harga mati.
Kalau dua-dua ada di harga mati tidak akan bertemu dialog tidak akan jadi. Sehingga kalau mau dialog dilakukan maka masing-masing keluar dari kotak harga mati ini, indonesia ko keluar dari kotak NKRI harga mati dan Papua ko keluar dari Merdeka harga mati baru kamu dua bertemu di perdamaian jadi itu pikiran saya.
Jadi tujuannya itu kita membahas tentang perdamaian, bagaimana menciptakan Papua ini Tanah damai, bagai mana semua orang yang hidup di papua ini menjadi damai itu tujuannya

0 komentar: