Sabtu, 10 Januari 2015

PRESIDEN JOKOWI DAN KALLA HARAPAN PAPUA



PRESIDEN Joko Widodo mengadakan kunjungan ke Tanah Papua selama tiga hari, 27-29 Desember 2014. Dia menghadiri perayaan Natal nasional yang diselenggarakan di Jayapura serta bertemu sejumlah pihak di Sentani, Wamena, Sorong, dan Biak.
Suasana kegembiraan mewarnai kunjungan Presiden Jokowi. Tidak terdengar sedikit pun suara-suara sumbang yang menyatakan ketidakpuasan atas kehadirannya.
Presiden Jokowi mempunyai sikap empati dan solidaritas yang luar biasa terhadap rakyat Papua sehingga dia dapat memahami permasalahan mereka. “Masalah yang ada di Papua tidak hanya berkaitan dengan ekonomi, sosial, atau politik,” kata Presiden Jokowi. Masalah utama, lanjutnya, adalah “Tidak adanya saling percaya antara rakyat dan pemimpinnya.”
Tanah yang damai
Inilah suatu pengakuan jujur yang tidak pernah diungkapkan oleh enam presiden sebelumnya. Presiden mengakui bahwa dalam suasana ketidakpercayaan antara satu dan yang lain, masalah apa pun tidak dapat diselesaikan. Dengan demikian, meningkatkan sikap saling percaya di antara sejumlah pihak di Tanah Papua merupakan hal pertama, penting, dan mendesak (urgent) yang perlu dilakukan.
Presiden Jokowi juga mengidentifikasi secara jelas kebutuhan fundamental rakyat Papua. “Saya melihat rakyat Papua tidak hanya membutuhkan layanan kesehatan. Tidak hanya membutuhkan layanan pendidikan. Tidak hanya membutuhkan pembangunan jalan, jembatan, dan pelabuhan. Namun, rakyat Papua butuh didengarkan, diajak berbicara. Itulah sikap dasar saya dalam membicarakan setiap persoalan yang ada di Papua,” tutur Presiden Jokowi yang disambut dengan tepuk tangan meriah.
Mengapa? Orang Papua menyambut pernyataan ini dengan tepuk tangan meriah karena tidak pernah mendengar kata-kata seperti ini dari semua presiden sebelumnya.
Kegembiraan rakyat bertambah besar ketika mendengar Jokowi sebagai satu-satunya Presiden yang berjanji mengunjungi Papua tiga kali setahun. “Kalau kurang dari tiga kali,” pintanya, “coba ingatkan saya, tegur saya, bilang, ‘Pak, baru dua kali’, dan nanti saya datang.” Janji Presiden ini membangkitkan harapan dalam hati orang Papua bahwa Presiden Jokowi dalam kunjungannya nanti akan rela mendengarkan curahan hati dan aspirasi mereka.
Tidak seperti presiden-presiden sebelumnya, Jokowi mengakui adanya konflik dan kekerasan yang berlangsung lama di Tanah Papua. Kasus penembakan di Paniai, 8 Desember 2014, hanyalah salah satu dari sekian banyak kekerasan yang terjadi selama ini. Presiden Jokowi menyampaikan rasa penyesalannya dan dukacita terkait kasus penembakan di Paniai dan bertekad untuk menyelesaikan kasus tersebut hingga tuntas.
Jokowi menyampaikan komitmennya untuk mencegah agar kasus penembakan seperti ini tidak terulang lagi di masa depan. “Yang penting,” harap Presiden, “kejadian seperti ini jangan terjadi lagi di Papua.” Kekerasan ditolak secara tegas “Karena”, kata Jokowi, “yang ingin kita bangun adalah Tanah Papua yang damai.” Dia menekankan pentingnya menemukan dan menyelesaikan akar penyebab dari semua kekerasan ini.
Rakyat Papua kini tahu bahwa Presidennya mempunyai komitmen untuk membangun Papua yang damai. Komitmen ini merupakan suatu bentuk dukungan dan peneguhan terhadap inisiatif masyarakat sipil yang dimotori para pimpinan agama (Kristen Protestan, Katolik, Islam, Hindu, dan Buddha) di Papua yang sedang berupaya mewujudkan Papua sebagai Tanah Damai.
Jokowi adalah satu-satunya Presiden Indonesia yang menekankan persatuan dan keterlibatan dari semua pemangku kepentingan dalam membangun Papua yang damai. Presiden mengajak semua pihak, “Marilah kita bersatu. Yang masih ada di dalam hutan, yang masih berada di atas gunung-gunung, marilah kita bersama-sama membangun Papua tanah yang damai. Marilah kita pelihara saling rasa percaya di antara kita sehingga kita bisa berbicara dengan suasana yang damai dan sejuk.”
Ajakan Presiden ini memberikan harapan bagi rakyat Papua bahwa akan ada komunikasi politik yang dibangun pemerintah untuk melibatkan orang Papua yang masih bergerilya di hutan dan yang hidup di luar negeri dalam membangun Papua yang damai-sejahtera.
Jalan dialog
Presiden Jokowi sendiri mengedepankan jalan dialog. Maka, dia berjanji akan mendengarkan lebih banyak suara rakyat. “Saya ingin pergunakan waktu sebanyak-banyaknya,” kata Presiden, “untuk lebih banyak mendengar dan berdialog dengan hati.” Bagi Jokowi, semangat untuk mendengar dan berdialog inilah yang ingin digunakannya sebagai fondasi membangun Papua yang damai-sejahtera.
Dialog digunakan sebagai medium untuk meningkatkan kepercayaan antara rakyat dan pemimpin pemerintahan. Maka, Presiden Jokowi mendorong gubernur, pangdam, kapolda, dan para bupati di Tanah Papua untuk melakukan lebih banyak dialog dengan rakyat.
Jokowi menegaskan pentingnya dialog yang dilaksanakan di aneka level, dengan sejumlah kelompok, dan dengan menggunakan format dialog yang berbeda-beda. Melalui dialog ini, masalah-masalah dapat diidentifikasi dan solusi dapat ditemukan secara damai. Maka, rakyat boleh berharap bahwa konflik Papua pun dapat diselesaikan melalui dialog yang inklusif.
Jokowi tampil sebagai harapan bagi rakyat Papua. Kunjungannya membangkitkan harapan, memberikan energi dan kekuatan baru dalam membangun perdamaian, serta menghidupkan daya imajinasi dan kreativitas rakyat Papua dalam mewujudkan perdamaian di Tanah Papua melalui dialog.
Presiden Jokowi telah merebut kepercayaan dari rakyat Papua. Kepercayaan ini merupakan modal utama untuk —tentu saja bersama rakyat— menyelesaikan aneka permasalahan dan membangun perdamaian di Tanah Papua.
Pastor Neles Tebay, dosen STFT Fajar Timur &  Koordinator Jaringan Damai Papua di Abepura.
Sumber: Kompas, 6 Januari 2015

PENOLAKAN JOKOWI ATAS PEMBANGUNAN KODAM BARU DAN DIMINTA MEMBUKA DIALOG JAKARTA-PAPUA


PENOLAKAN JOKOWI DAN KALLA ATAS RENCANA PEMBANGUNAN KODAM BARU DI TANAH PAPUA


Rencana pembangunan Kodam baru untuk Papua dan Manado, merupakan bagian dari grand desain para Jendral pendukung Jokowi untuk melanjutkan bisnis militer di Papua. Ini jelas bukan kerangka pendekatan Jokowi. Menteri Pertahanan, Panglima TNI dan Menkopolhukam yang baru, termasuk jenderal TNI yang merupakan arsitek Prov, Papua Barat, diduga berada dibelakang desain Kodam baru tersebut. Papua tidak membutuhkan penambahan infrastruktur militer. Sebaliknya yang harus didorong adalah de-militerisasi. Pendekatan yang sudah dilakukan mantan Pandam Christian Zebua itulah yang harus dioptimalkan, dengan pendekatan kesejahteraan, berbasis Agama Adat dan Kesetaraan.


Kepada Impartial, Kontras, LBHI, Fokker, LP4BH, dan semua komponen Adat Papua Papua Barat dan Gereja2 di Papua, supaya mengeluarkan Komunike bersama, menolak penambahan Kodam baru di Papua. Papua tidak boleh lagi menjadi "hunting ground" para tentara dan brimob. Jokowi harus diingatkan untuk tidak membangun Kodam Baru di Papua, sebagai "hadiah Natal" pada tanggal 27 Desember, bila akan hadiri perayaan Natal di Jayapura.

Papua tidak butuh tentara dan infrastruktur untuk militer. Rakyat butuh pendidikan bermutu, kesehatan berkualitas, rumah layak huni dan ekonomi rakyat yang kompetitif. Namun ini juga menjadi masalah sampai korban hidupnya pun selalu terdengar di mana-mana di seluruh tanah Papua. Oleh karena itu, 
jalan keluar dan sarana yang menyelesaikan semua masalah Papua adalah dialog. Dialog itu mesti terjadi di antara Jakarta dan Papua untuk menyelesaikan segala masalah Papua secara komperehensif.

Semoga!!!

Jumat, 09 Januari 2015

HENTIKAN PARIWISATA DI CARTENZ PAPUA, DIHARAP PEMERINTAH INTAN JAYA MEMBANGUN DAERAH DENGAN PENDEKATAN MASYARAKAT SETEMPAT DI KABUPATEN INI

Pemerintah Kabupaten Intan Jaya Segera Membagun Intan Jaya


INTAN JAYA- Perputaran pembagunan roda kabupaten intan jaya jalan di tempat dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 ini. hal ini terjadi karena luka para calon legislative yang tidak lolos menjadi bupati kabupaten intan jaya, adanya unsur kesengajaan dari para Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Para Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan juga karena adanya permainan tersembunyi, terencara dan teratur dari pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap kekayaan alam intan jaya yang memainkan peran dalam Gereja, Masyarakat dan Pemerintah membuat AKAR RUMPUR intan jaya Tertindas dan menderita.


Dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 ini belum ada jalan dari kampung ke kampung apalagi jalan antara distrik, belum dengan pembagunan lain seperti Rumah, Lampu, Air Bersih, Ekonomi, pendidikan dan terutama gereja, maka penulis dengan sangat hormat yang mendalam meminta kepada lembaga-lembaga kemanusiaan di dunia untuk; HENTIKAN PARA WISATAWAN MANCA NEGARA YANG BERDATANGAN KE MBAI GELA/CARTENZ INTAN JAYA DAN JUGA TOLONG HENTIKAN PT.PT PERTAMBANGAN DALAM BENTUK DAN CARA APAPUAN YANG MAU MASUK DI INTAN JAYA, Karena “Pemerintah Kabupaten Intan Jaya Belum Membagun Manusia Intan Jaya Dan Pembaguan Intan Intan Jaya”. Jika pemerintah kabupaten intan jaya sudah membagun pembaguan manusia intan jaya, yaitu membiayai anak-anak intan jaya dari SMP Samapai dengan perguruan tinggi dan menerima putra daerah itu untuk bangun intan jaya serta pemerintah kabupaten intan jaya sudah membagun pembaguan fisik berupa, jalan, jembatan, rumah sehat, lampu, air bersih, pembaguan rumah sakit, puskesmas dan sekolah, maka pemerintah kabupaten inatn jaya bisa mendatangkan dan menerima Wisatawan manca Negara, maka saya dengan amat sangat hormat yang mendalam meminta kepada lembaga-lembaga kemanusiaan di dunia untuk menghentikan para wisatawan manca Negara yang berdatangan ke intan jaya dan tolong hentikan PT.PT Pertambangan yang akan masuk di seluruh wilayah intan jaya demi menyelamatkan umat Tuhan yang masih dalam kegelapan, kebigungan, kebodohan dan keterbatan, karena kaum penjajah di dunia selalu datang ke tempat-tempat kaum  pribumi untuk membunuh manusia kaum pribumi secara tersembunyi dan secara terang-terangan untuk merampas kekayaan alam kaum pribumi, untuk itu, maka saya “Meminta Dengan Amat Sangat Hormat Kepada Para Pekerja Dan Lembaga-Lembaga Kemanusiaa Di Dunia Untuk Hentikian Para Wisatawan Manca Negara Dan Tolong Hentikan PT.PT Pertambangan Dalam Bentuk Dan Cara Apapun Yang Akan Masuk Di Intan Jaya”.  Hal ini di lakukan dalam rangka melindunggi dan menyelamatkan umat Tuhan dari segala kepentingan dan juga dalam rangka menjaga keutuhan Ciptaan Tuhan di Intan jaya agar apa yang di inginkan Tuhan Allah terjadi di bumi demi memuji dan memuliahkan Tuhan. **Misael Maisini**

PUSKEMAS JOGATAPA KABUPATEN INTAN JAYA: PASIEN TAMBAH PARAH KARENA TANPA KAMAR KECIL ATAU SANITASI YANG MENDUKUNG PARA PASIEN

PUSKESMAS JOGATAPA PASIEN TAMBA PARAH


INTAN JAYA- Dari sebelum pemekaran kabupaten intan jaya PUSKESMAS (Pusat Kesehatan Masyarakat) ini kelihatan baik, tapi setelah adanya kabupaten Puskesmas di Jogatapa pasien bukan sembuh dari sakit, tetapi tamba sakit parah, Ungkap Tom Duwitau, Salah satu Tokoh Pemuda Intan Jaya asal Kampung Emondi, di PUSKESMAS Jogatapa, Rabu 17 Desember 2014 Pukul 11. 25 Waktu Papua.

Tom Duwitau Menjelaskan; Dirinya menjeguk kakanya yang sedang sakit di Puskesmas Jogatapa selama tiga hari, selama tiga hari pulang balik dari Puskesmas kakanya mengeluh kesakitan dari Perut semakin hari semakin mengembung kaya Balon Tiup.

Lanjut Tom; Perut Pasien bisa membengak kaya balon akibat pasien tahan kincing dan buang air besar, pasien biasa tahan-tahan buang air, karena tidak ada WC di puskesmas Jogatapa. Jadi dirinya mengharapkan kepada Pemerintah Kabupaten Intan Jaya, dalam hal ini Bupati, Kepala Dinas Kesehatan, DPRD, Inteletual, Mahasiswa dan para tokoh-tokoh segera datang dan lihat keadaan Puskesmas Jogatapa.


Lebih lanjut Tom mengatakan; Uang-Uang yang untuk bangun Rumah Sakit itu tolong buat WC dan Kamar mandi untuk pasien, karena pasien bukan kelelawar (Migani; Kubugo Tawanga), Tuturnya. ** Mbagumulua Inige **