PAPUAN, Tambrauw — Bencana kematian dan kelaparan kembali melanda ratusan warga sipil di Distrik Kwoor, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat. Sejak November 2012 lalu, dikabarkan 553 warga menderita sakit gizi buruk, dan 95 orang lainnya telah meninggal dunia.
Hal ini disampaikan Kordinator Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Sorong Raya, Konstan, usai mengecek langsung dilapangan, seperti yang dirilis dalam website aman.or.id, pagi tadi, Selasa (2/4/2013).
Menurut Konstan, beberapa kampong di Distrik Kwoor yang menjadi sasaran penyakit mematikan tersebut adalah Kampung Jocjoker, Kosefo, Baddei, Sukuweis dan Krisnos.
“Di Kampung Baddei 250 orang sakit dan 45 orang meninggal dunia, Kampung Jokjoker 210 sakit dan 15 orang meninggal dunia, Kampung Kosefa 75 sakit dan 35 orang meninggal dunia,” ujar Konstan.
Diketahui, tidak ada pelayanan kesehatan dari pemerintah di Distrik Kwoor. Selain itu, Postu di Distrik Kwoor masih kekurangan tenaga medis, sehingga setiap warga yang datang seringkali tidak mendapatkan pelayanan karena mantra atau dokter tidak ada di tempat.
“Seringkali warga harus berjalan kaki ke kampong lainnya untuk mencari pengobatan. Kami sudah sakit lama tapi petugas kesehatan tidak peduli,” keluh warga kepada AMAN Sorong Raya.
Sedangkan, jenis penyakit yang diderita kebanyakan warga adalah busung lapar atau kekurangan gizi dan gatal-gatal. Wabah ini telah menyebar dibeberapa kampung dan sampai saat ini dikabarkan situasi semakin memburuk.
Pelayan Gereja di Kampung Jokjoker menyatakan bahwa kejadian (warga sakit) mulai dari bulan November 2012. Warga sempat mencari pengobatan ke Kampung Werur dan sudah melaporkan laporan ke pihak medis atau ke pemerintah di distrik Sausapor dan Kabupaten Tambrauw. Namun, belum ada upaya nyata untuk membantu warga.
Hingga bulan Februari 2013, banyak warga di Distrik Kwoor yang meninggal dunia secara berturut-turut. Warga dari Kampung Kosefo (12 orang yang sakit) berjalan kaki ke Distrik Sausapor selama 4 hari untuk berobat dan melaporkan kejadian ini ke pihak Rumah Sakit.
Masyarakat di Kampung Jokjoker mengalami trauma (ketakutan) karena banyak warga yang meninggal dunia. Mereka terpaksa pindah ke Kampung Bikar, Baddei Sibi dan sebagian ke Sausapor. Sedangkan jarak tempuh dari Kampung Jokjoker ke Bikar adalah 1 hari berjalan kaki.
Pelayanan atau bantuan dari pemerintah setempat sangat lambat. Saat ini baru dilakukan pengiriman obat-obat di beberapa titik (kampong Sumbab dan Bikar) saja.
Masyarakat disuruh turun ke Kampung-kampung. Karena banyak yang sakit dan tidak mampu berjalan jauh lagi, maka hanya sebagian warga saja yang mengambil obat-obatan dari kampung yang ada pelayanan kesehatannya.
Menurut Konstan, AMAN Sorong Raya dan jaringannya sedang melakukan upaya untuk membantu bencana wabah penyakit di Kabupaten Tambrauw ini.
Selain itu, AMAN Sorong Raya juga sedang melakukan konsolidasi dengan jaringan yang ada untuk mendesak pemerintah daerah supaya melakukan pelayanan dalam menanggani bencana wabah penyakit di distrik Tambrauw ini. (Sumber Okto Pogau!!!!!)
0 komentar:
Posting Komentar