Sabtu, 16 Maret 2013

BENTROK MASA LALU DI ABEPURA PAPUA SEJAK 16 MARET 2006



Kasus bentrok sejak 16 Maret 2006 di Abepura-PAPUA

b16m06a1
b16m06a2
b16m06a3
b16m06a4
b16m06a5
b16m06a6
b16m06a7
b16m06a8
b16m06a9
b16m06a10
b16m06a11
b16m06a12
b16m06a13
b16m06a14
b16m06a15
b16m06a16
Bentrok 16 Maret Abepura yang menelan korban tewas 4 Polisi dan 1 TNI (Intel AURI) bermula dari demonstrasi Massa Front Pepera PB Kota Jayapura dan Parlemen Jalanan pada tanggal 15 dan 16 maret 2006. Mereka memprotes kejahatan PT Freeport-Rio Tinto seperti terbunuhnya ribuan orang oleh TNI/Polri yang mengamankan Operasi Korporasi tersebut yang diklaim sebagai Obyek Vital Nasional dan tercemarnya ratusan ribu hektar tanah dan lautan oleh limbah beracun.
Kericuhan terjadi ketika Polisi, dengan bantuan provokasi Intelijen TNI/Polri yang tersebar di tengah-tengah massa, salah satunya Serda Agung Prihadi (Intel AURI yang tewas dihakimi massa), membubarkan massa secara paksa dengan semprotan gas air mata dan tembakan peluru tajam maupun karet. Menurut beberapa saksi mata, bentrok tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi sekiranya pihak intelijen tidak memprovokasi massa karena telah ada kesepakatan bersama setelah negosiasi antara Korlap Aksi Arnold Omba dan Polisi yang diwakili oleh AKP Yan Piet Reba dan AKP Dominggus Rumaropen.
Sebanyak 22 Orang yang dituduh membunuh Polisi dan Intel AURI dibawa ke Pengadilan dengan tuduhan berlapis berdasarkan keterangan dari beberapa saksi palsu. Sebelumnya, mereka mengalami berbagai bentuk penyiksaan secara bebas di tahanan Polda Papua. Mereka, termasuk Selpius Bobii, mendekam di LP Abepura setelah divonis dengan massa tahanan yang berbeda : 2 orang 6 tahun penjara, 3 orang 15 tahun penjara dan 17 orang 5 tahun penjara.
Selama di penjara, para tahanan ini menjalani berbagai bentuk penyiksaan, teror dan ancaman pembunuhan dari para petugas LP Abepura sehingga 1 orang dari antara mereka, Eko Berotabui, kemudian bunuh diri di tahanan karena depresi. Tahanan lainnya, Ferdinan Pakage, dianiaya oleh petugas LP sehingga salah satu matanya tidak berfungsi lagi.
Beberapa petinggi Polisi di Jayapura yang mengelola bentrok tersebut dan berhasil membunuh 4 bawahan mereka melalui tangan para demonstran ternyata mendapat promosi jabatan setelah bentrok tersebut.

Laporan singkat oleh Front Pepera Papua Barat

0 komentar: