“PAPUA PENANTIAN DIALOG JAKARTA-PAPUA”
(Sebuah Refleksi Realitas di PAPUA)
By SantonTekege
Aktivis Mahasiswa di STFT-Fajar Timur Abepura-Papua
Semua tempat di bumi ini, dapat menghayati Injil Yesus Kristus. Penghayatan Injil Yesus Kristus selalu berkaitan dalam hidup kini dan saat ini di seluruh manca negara. Hidup, Karya, Sengsara Wafat dan Kebangkitan Yesus menjadi tugas bagi pengikut-pengikut-Nya. Tugas bagi kita sekarang ini adalah kita diutus di dunia agar menampakan Hidup, Karya dan Sengsara Wafat dan kebangkitan Yesus itu.
Dengan tugas perutusan itu, gambaran wajah Yesus Kristus selalu ada dalam tugas dan karya serta tindakan dalam kehidupan kita sehari-hari di dunia ini. perti kita diutus di dunia agar membelah para kaum tertindas, kaum lemah, kaum miskin, dan menderita bagi manusia. Manusia tidak selalu menampakan wajah Yesus itu dalam dunia ini. Dikatakan demikian karena ada banyak konflik di dunia khususnya di Tanah Papua ini. Manusia tidak menghayati dan merefleksikan secara baik tentang Injil Yesus Kristus itu. Akhirnya yang terjadi adalah ketidakadilan, pelanggaran HAM, perampasan dan Pengurasan SDA secara tidak manusiawi dan tidak menguntungkan bagi manusia setempat seperti (PT. Freeport di Timika, Migas di Sorong dan Penambangan illegal yang ada di Degeuwo, Nabire di Topo), Pemerkosaan, Pengrusakkan lingkungan di mana-mana, intimidasi, penganiayaan, dan Pengdropan TNI dan Polisi di seluruh jagad raya tanah Papua.
Dalam keadaan seperti ini kita seluruh warga Papua diantar oleh Ketiga tokoh pembawa Injil Yesus Kristus di tanah Papua ( Ottow dan Geissler di Mansinam Manokwari kemudian Pastor Cornelis Lecoq d’Armanville, SJ di kampung Sekru Fak-fak) agar kita dapat menghayatinya dan merenungkan kembali sebagai anak-anak Allah tanpa ada konflik dan pertikaian serta pembatasan dan sempitnya ruang gerak bagi orang-orang asli Papua. Kita semua (manusia) adalah anak-anak-Nya sehingga mari kita saling mengasihi, berdamai melalui dialog yang baik demi perwujudan wajah manusia baru, hati yang baru demi kemuliaan Allah (Ad Maiorem Dei Gloriam) dalam peziarahaan hidup manusia di tanah Papua ini.
Jika manusia tidak merefleksikan dan merenungkan sebagai anak-anak Allah yang bebas dalam dunia khususnya di Tanah Papua ini, maka mari kita sama-sama duduk dan bicara bersama secara bebas melalui dialog. Saya tahu konflik yang terjadi di Tanah Papua adalah selalu kait-kaitkan masalah antara Jakarta dan Papua sehingga kedua belah pihak yang sedang bertikai ini, perlu mencari jalan terbaik melalui jalan dialog demi mewujudkan tanah Papua yang damai dan aman.
Hingga kini waacana Dialog Jakarta - Papua menggema sampai ujung bumi; membangunkan akar rumput yang tidur terlelap; membangkitkan para arwah Anak Negeri yang telah terbawa badai; menggetarkan hati nurani bagi Pemerhati kemanusiaan di Manca Negara. Semua mata tertuju memandang seberkah sinar merekah; semua wajah berpaling menatap para duta damai yang sedang bergerak kian kemari mendorong Dialog; semua telinga tertuju mendengar wacana dialog yang menggema bagai lonceng berdentang.
Dialog juga dapat dimediasi oleh Internasional demi meningkatkan penegakan hukum yang lebih baik. Juga meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Papua, sebagai misal, meningkatkan ketersediaan listrik dan air segar. Meningkatkan program kesehatan masyarakat untuk mencegah berbagai penyakit dan pengobatan penyakit lainnya, serta meningkatkan sistem pendidikan masyarakat setara dengan sistem-sistem pendidikan lainnya di seluruh Indonesia.
Adanya dialog nasional juga akan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah-masalah penting lainnya di Papua Barat yang telah lama menjadi keprihatinan Anggota Kongres AS dan masyarakat Internasional. Ini termasuk pelanggaran HAM, keadaan demografis yang menjadikan orang Papua sebagai minoritas di tanah mereka sendiri, perampasan dan pengrusakan sumber alam secara tidak manusiawi, penindasan, pemerkosaan, pembodohan, pembatasan kebebasan berbicara dan menyuarakan perdamaian, serta banyaknya kendala jurnalis Internasional, peneliti, dan organisasi nonpemerintah bekerja di Papua Barat. Saya yakin bahwa saat untuk memulai proses semacam itu (dialog). Dialog yang serius akan meningkatkan kesejahteraan rakyat Papua, menunjukkan komitmen Indonesia untuk demokrasi dan keadilan bagi semua warga negaranya sebagai anak-anak Allah yang bebas tanpa beban, dan meningkatkan citra Indonesia di panggung global. Oleh sebab itu, Nagara Indonesia perlunya keterbukaan hati dan pikiran untuk berdialog dengan orang Papua. Kita semua manusia dan sebagai anak-anak Allah sehingga perlunya sadar diri dan buka hati untuk duduk bersama bahkan bicara jalan mana yang terbaik untuk Papua dan Negara Indonesia dalam suasana konflik di Papua ini.
Karena masyarakat Papua sedang menantikan dialog Jakarta - Papua dan bertanya: Adakah Negara Indonesia bersedia membuka diri untuk duduk di bawah satu atap, yang dimediasi oleh pihak ketiga yang indenpenden, membicarakan pelbagai dilema kemanusiaan yang sudah, sedang dan akan terjadi di Tanah Papua? Adakah dialog yang bermartabat, adil, jujur dan demokratis akan tercipta? Adakah proses dialog Jakarta – Papua akan berjalan dengan baik sebagaimana yang diharapkan bersama?
Adalah lebih bijaksana dan bermanusiawi, jika pihak Indonesia membuka diri untuk duduk bersama dan bicara bersama tentang semua konflik di Papua sebagai konsekwensi Negara demokrasi yang Pancasila’is dan keadilan maupun Negara hukum.
Banyak pihak sedang memandang kepada Indonesia, apakah Negara Indonesia akan membuka diri untuk berdialog dengan Papua. Penantian semua pihak akan sebuah dialog kemanusiaan yang tulus antara Jakarta-Papua yang dimediasi pihak ketiga yang indenpenden adalah merupakan kerinduan terdalam yang tak ternilai harganya dan tak bayar milyaran rupiah atau dollar.
Doa-puasa sudah, sedang dan akan menggema di seantero Jagad Raya menantikan keterbukaan Negara Indonesia untuk membicarakan martabat orang Papua yang sedang menuju ke ambang kehancuran. Doa-puasa jutaan jiwa yang resah sedang mengetuk pintu hatimu Jakarta. Bukalah pintu hatimu menyimak suara akar rumput yang berdentang bagai lonceng Gereja; Bukalah jendela jiwamu memandang jutaan jiwa yang meratap tangis; Bukalah telingamu mendengar desahan-tangisan yang menggema di Lorong Negeri; Bukalah akal budimu, pahamilah suara Akar Rumput yang kian berdentang.
Akar Rumput tak akan pernah menyerah; jutaan Jiwa yang resah tak akan pernah putus asah; Anak Negeri tak akan pernah berdiam diri; kaum Papa tak akan pernah menarik diri; para arwah tak akan pernah tidur terlelap; Allah Moyang Pupua pun tak akan pernah diam membisu. Semua makhluk di Angkasa Raya sedang menantikan keterbukaanmu untuk Dialog Jakarta-Papua yang tulus dan adil. Walau badai menerpa bumi Cenderawasih, namun bangkitlah wahai manusia Papua melalui semangat perjuangan ketiga Tokoh Pembawa Injil di tanah Papua demi mewujudkan dialog Jakarta-Papua yang sedang nantikan katerbukaan hatimu Jakarta. Demikianlah sebuah refleksi iman akan kebenaran dan keadilan melalui jalan DIALOG di Tanah Papua demi KESELAMATAN MANUSIA JIWA-JIWA DAN RAGA-RAGA ORANG ASLI DI TANAH PAPUA.
1 komentar:
WAuuuuuuuuuuuu,,trada jalan, kalau tidak melalui dialog Jakarta-Papua. Mari kita dukung dialog itu. Amanai.
Posting Komentar