Pimpinan TNI-Polri Diminta Transparan Soal Dana Operasi Tumpas Lambert Pekikir
Arso, SOMERPost : Pimpinan TNI dan Polri diminta transparan kepada para prajurit soal besarnya biaya operasi yang bersumber dari dana stabilitas milik Pemkab Keerom. Hal ini dikatakan oleh seorang pejabat Kabupaten Keerom, Minggu (15/07) kemarin. Pejabat ini minta namanya dirahasiakan untuk sementara. TNI dan Polri, menurut sumber ini, telah memeras Pemkab Keerom sejak akhir bulan Juni lalu ketika beredar kabar tentang rencana perayaan HUT OPM ke-41 oleh TPN-OPM Pimpinan Lambert Pekikir.
“Dana stabilitas dari Pemkab Keerom telah dikuras dan angkanya sangat besar, mencapai milyaran rupiah, tetapi operasi mereka tidak efektif dan terkesan dijadikan proyek, sementara para prajurit mendapat bagian yang sangat kecil sedangkan jumlah total biaya operasi sangat besar,” ungkap pejabat ini.
Sumber lain di jajaran Pemkab Keerom bahkan meminta pihak berwenang untuk melakukan audit karena operasi militer dengan alasan pertahanan negara selalu membungkus korupsi dan pembantaian orang asli Papua yang sesungguhnya terjadi.
“Perlu ada audit dan tindakan tegas kepada mereka yang menguras dana stabilitas hanya untuk kepentingan para petinggi militer sementara para prajuritnya dipaksa masuk medan yang berat berhadapan langsung dengan kematian dan diarahkan untuk menyerang masyarakat sipil,” tandasnya.
Sumber ini mengatakan, operasi terhadap Lambert Pekikir ternyata tidak dilakukan karena medan yang berat dan kurangnya penguasaan terhadap medan. Sebaliknya, TNI-Polri menjadikan masyarakat asli Papua sebagai sasaran operasi. Operasi juga dilakukan dalam bentuk rekayasa penembakan dan penemuan senjata yang dituduh sebagai milik TPN-OPM.
Tanggal 1 Juli 2012 lalu, bertepatan dengan HUT OPM Ke-41, Pasukan TPN-OPM Pimpinan Lambert Pekikir melakukan penghadangan terhadap konvoi Danyon 431/SSP Kostrad Letkol (Inf) Indarto. Terjadi baku tembak sekitar 30 menit dan Danyon 431/SSP Kostrad Letkol (Inf) Indarto lengkap dengan pasukannya kabur meninggalkan lokasi baku tembak.
Diluar lokasi baku tembak dalam jarak sekitar 150-200 meter, TNI kemudian menembak mati Kepala Kampung Saweyatami, Johanes Yanufrom (30) yang sedang mengendarai sepeda motor. Dia ditembak di pelipis kiri dan lambung kiri sehingga langsung meninggal dunia di tempat kejadian.
Danyon 431 Kostrad Letkol (Inf) Indarto kemudian meminta bantuan TNI di Pos Tribuana Kampung Wembi dan melakukan penyisiran membabi-buta. Masyarakat kampung Saweyatami, Wembi dan Bagia yang ketakutan akibat penyisiran membabi-buta ini langsung kabur mengungsi ke hutan.
“Masyarakat lari sembunyi ke hutan karena takut dijadikan sasaran kejahatan TNI, apalagi kampung-kampung ini semua penduduknya orang asli Keerom, pasti tidak ada ampun,” kata Mery Mekawa.
Pimpinan TNI-Polri kemudian menggunakan berbagai media massa berhaluan rasis di Papua dan Indonesia secara membabi-buta menuduh pasukan Lambert Pekikir sebagai pelaku pembunuhan terhadap Yanufrom dengan maksud mengkriminalisasi perjuangan Papua Merdeka dan mengamankan serta menyembunyikan tindakan kriminal petinggi TNI-Polri terhadap para prajurit dan masyarakat.
Sampai berita ini diturunkan, para petinggi TNI-Polri yang menikmati dana stabilitas masih terus memaksa prajuritnya masuk hutan bermedan berat melakukan penyisiran dan pengejaran terhadap TPN-OPM Pimpinan Lambert Pekikir dengan menjadikan masyarakat asli Keerom sebagai sasaran. Masyarakat yang takut masih mengungsi di hutan. Demikianlah!
!
!
0 komentar:
Posting Komentar